Dispertan Kaltim Telah Berkirim Surat ke Kab/Kota
SAMARINDA–Fenomena El Nino yang diprediksi akan muncul pada pertengahan 2014 akan sangat memengaruhi iklim cuaca di Indonesia, tidak terkecuali di Kaltim. Pemprov Kaltim melalui sejumlah instansi terkait terus berupaya mengantisipasi datangnya El Nino yang merupakan fenomena perubahan besar kepada suhu permukaan laut merintangi timur pasifik tropika.
Terlebih, Kaltim saat ini sedang giat membangun sektor pertanian dalam arti luas, dimana datangnya El Nino akan menyebabkan perubahan iklim yang tidak menentu dan dapat berpengaruh besar terhadap sektor pertanian Kaltim. Untuk itu, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Dipsertan) Kaltim telah mengantisipasinya sejak periode Februari-Maret 2014.
“Kita telah mengirimkan surat kepada kabupaten/kota untuk mengantisipasi datangnya El Nino. Demikian juga kepada para petani sudah diberitahukan melalui petugas penyuluh lapangan agar berhati-hati dengan El Nino yang dapat memberikan dampak besar terhadap kegiatan pertanian dan tanaman pangan,” kata Kepala Dispertan Kaltim H Ibrahim, Rabu (2/7).
Menurut dia, Dispertan Kaltim juga telah melakukan peramalan-peramalan terkait dengan perubahan iklim itu. Sehingga, perencanaan musim tanam juga telah dilakukan dengan menyesuaikan perubahan iklim.
Terkait dengan kekhawatiran terjadinya kebakaran lahan kering sebagai akibat pembakaran lahan untuk kepentingan berladang, Ibrahim menilai hal itu tidak akan terjadi dan dilakukan oleh petani. Karena, lanjut dia, petani di Kaltim memang membuka lahan dengan cara membakar, tetapi itu hanya sebatas untuk keperluan berladang dan tidak sampai mengganggu lahan atau hutan disekitarnya.
“Petani yang membuka ladang dengan cara membakar kebanyakan adalah penduduk lokal, dan mereka terus menjaga agar tidak sampai terjadi kebakaran di lahan atau hutan sekitarnya.. Itu hanya seperlunya saja, disamping karena semakin berkurangnya lahan kering kita karena perubahan alih fungsi lahan. Padahal pertanian padi ladang sangat potensial dan bernilai ekonomi tinggi,” jelasnya.
Sebagai contoh, sebut dia, jenis padi ladang yang bernilai ekonomi tinggi, yaitu padi mayas atau dikenal dengan beras mayas/gunung. Harga pasaran beras mayas bisa dua kali lipat dari jenis beras yang dihasilkan dari padi sawah.
“Program pengembangan pertanian padi ladang ini telah kita masukkan dalam rencana aksi pada REDD+. Dan kita harapkan pertanian padi ladang dapat berkembang dengan baik di Kaltim, sehingga petaninya yang kebanyakan penduduk lokal dapat meningkat pendapatan dan kesejahteraannya,” pungkas Ibrahim. (her/hmsprov)
17 Mei 2013 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
18 Juni 2013 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
21 November 2013 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
15 Agustus 2013 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
26 Juli 2019 Jam 22:33:33
Pertanian dan Ketahanan Pangan
05 September 2016 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
21 Januari 2021 Jam 14:20:49
Kegiatan Pemerintah
21 Januari 2021 Jam 14:19:34
Penanggulangan Bencana
20 Januari 2021 Jam 18:31:15
Penanggulangan Bencana
20 Januari 2021 Jam 18:30:35
Program Pemerintah
20 Januari 2021 Jam 18:28:39
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
11 September 2019 Jam 23:31:22
Pendidikan
01 November 2016 Jam 00:00:00
Kegiatan Silaturahmi
06 November 2019 Jam 23:11:58
Siaran Pers
23 Maret 2013 Jam 00:00:00
Pendidikan
07 April 2019 Jam 18:30:23
Kolom Minggu
15 April 2018 Jam 21:48:13
Lingkungan Hidup
24 Juni 2019 Jam 17:07:07
Pendidikan
22 Juni 2016 Jam 00:00:00
Ekonomi dan Pendapatan Daerah
13 Februari 2015 Jam 00:00:00
Pembangunan
12 Agustus 2020 Jam 21:31:56
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa