Ekstrak Ikan Gabus Sumber Protein Baru
SAMARINDA – Ikan Gabus atau yang lebih dikenal oleh masyarakat Kaltim sebagai ikan haruan, ternyata memiliki kegunaan yang tidak hanya untuk dikonsumsi, namun juga sebagai fungsi pengobatan. Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kaltim yang dimulai pada bulan November 2015 lalu, mulai memperkenalkan produk ekstrak ikan gabus yang berguna sebagai sumber protein baru.
Dari 100 gram ikan gabus dapat diperoleh 25,2 gram protein. Jika dibandingkan dengan kadar protein untuk per 100 gramnya , kadar protein yang terdapat pada ayam hanya 18,2 gram. Kadar ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan kadar protein pada daging sapi yang hanya 18,8 gram, maupun telur yang hanya 12,8 gram. Kandungan protein yang tinggi ini sangat menguntungkan sebab akan banyak membantu dalam proses pembentukan otot pada tubuh orang yang mengonsumsinya.
“Kami sekarang tengah berfokus dalam mengembangkan pembuatan albumin di Kaltim agar kebutuhan protein bagi masyarakat Kaltim dapat terpenuhi,” sebut Kepala DKP Kaltim, Dr Nursigit saat ditemui belum lama ini.
Hal ini berkaitan dengan data yang diterima oleh DKP mengenai jumlah bayi stunting atau bayi yang terlahir pendek karena kekurangan gizi dan protein di Kaltim. Kandungan sarkoplasma yang terdapat dalam albumin dangat baik untuk menyembuhkan penyakit tersebut.
“Saat ini dari data yang kita terima, jumlah temuan bayi yang terlahir stunting meningkat, sehingga kami tidak hanya mensosialisasikan program Gemar makan ikan saja, namun juga akan mensosialisasikan albumin ini. Dengan adanya albumin, diharapkan bisa memenuhi kecukupan gizi mereka saat bertumbuh nanti,” tambah Nursigit.
Selain sangat baik untuk bayi yang kekurangan gizi, untuk berbagai penyakit dalam, penyembuhan luka, serta sebagai tambahan vitamin. Setiap tiga kilo ikan gabus dapat menghasilkann sebanyak setengah liter albumin. Jumlah ikan gabus yang cukup banyak di Kaltim akan sangat mempermudah pembuatan albumin ikan gabus.
“Seperti yang kita tahu, Ikan Gabus sangat mudah ditemui di Kaltim, terutama di musim kemarau ikan gabus sangat mudah didapat. Harganya pun murah. Potensi pengembangan ikan gabus ini sangat besar, terutama di Kutai Barat, Kutai Timur, dan Kabupaten Mahulu,” papar Nursigit.
Namun, ditambahkannya, dalam pengolahan albumin ini tidak dapat sembarangan. Beberapa diantaranya adalah kualitas ikan yang harus baik.
“Ikan yang akan diolah menjadi albumin harus bebas dari kontaminasi atau bebas bakteri. Bahkan, cara memutus urat ikan dalam membunuhnya harus diperhatikan,” sebutnya.
Ikan gabus sebaiknya dipukul di atas kepalanya atau diputus urat di daerah leher untuk mengurangi gerakan ikan sehingga kerusakan plasma dapat diminimalkan
Selain itu, suhu ekstraksi tidak boleh lebih dari 70 derajat celcius. Hal ini perlu diperhatikan dengan baik oleh produsen agar kandungan protein yang ada di dalam ikan tersebut tidak hilang. (aka/hmsprov)
//Foto: Ikan Gabus (Haruan). (dok/humasprov kaltim).
27 Maret 2018 Jam 19:29:04
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
21 September 2013 Jam 00:00:00
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
17 September 2013 Jam 00:00:00
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
20 Juli 2017 Jam 08:00:00
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
18 Januari 2013 Jam 00:00:00
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
08 Desember 2014 Jam 00:00:00
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
13 Desember 2019 Jam 23:41:42
Lingkungan Hidup
13 Desember 2019 Jam 23:40:57
Even Olahraga
13 Desember 2019 Jam 23:40:08
Lingkungan Hidup
13 Desember 2019 Jam 23:35:28
Pemerintahan
11 September 2019 Jam 23:31:22
Pendidikan
01 November 2016 Jam 00:00:00
Kegiatan Silaturahmi
23 Maret 2013 Jam 00:00:00
Pendidikan
06 November 2019 Jam 23:11:58
Siaran Pers
25 Oktober 2017 Jam 13:13:24
Ketetapan Pemerintah
31 Oktober 2013 Jam 00:00:00
Sumber Daya Manusia
12 April 2013 Jam 00:00:00
Pendidikan
08 Maret 2013 Jam 00:00:00
Pertanian dan Ketahanan Pangan
28 Oktober 2014 Jam 00:00:00
Sosial
17 April 2014 Jam 00:00:00
Pembangunan