BMKG Ingatkan Puncak Musim Hujan di April Masih Mengintai

Samarinda - Evaluasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan curah hujan ekstrem melanda Kalimantan Timur (Kaltim) sepanjang bulan Maret lalu. Beberapa wilayah mencatatkan curah hujan harian melebihi 100 milimeter, sebuah indikasi intensitas hujan yang sangat tinggi.

Secara akumulatif bulanan, beberapa wilayah di Kaltim mengalami curah hujan yang masuk kategori tinggi. Wilayah-wilayah tersebut meliputi Mahakam Ulu, Kutai Barat, Kutai Timur, dan Berau.

“Data ini menunjukkan bahwa pola hujan di Kaltim pada bulan Maret berada di atas normal, melebihi rata-rata curah hujan dalam kurun waktu 30 tahun terakhir,” ungkap Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, BMKG Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto saat menjadi pembicara terkait Pemantauan BMKG terkait Perubahan iklim, Selasa (8/4/2025).

Selain curah hujan ekstrem, BMKG juga mencatat peningkatan kejadian cuaca ekstrem dalam jangka pendek. Fenomena yang paling terasa adalah kenaikan suhu udara di Kaltim, yang mencapai lebih dari 1 derajat Celsius, bahkan hingga 1,5 derajat Celsius di Samarinda. Kenaikan suhu ini tercatat sebagai yang tertinggi dibandingkan rata-rata suhu normal.

Lebih lanjut, BMKG menyoroti pola hujan di bulan Maret yang didominasi oleh hujan lokal. Artinya, kondisi cuaca cerah di pagi hari dapat dengan cepat berubah menjadi hujan lebat pada siang atau sore hari. Selain itu, frekuensi hujan yang merata cenderung lebih sedikit dibandingkan hujan yang disertai angin kencang, yang justru lebih sering terjadi selama bulan Maret.

Meskipun puncak musim hujan di Kaltim diperkirakan terjadi pada Maret dan April, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada di bulan April ini.

"Secara prakiraan yang kami perkirakan dan informasikan di awal tadi, puncak musim di Kaltim ini di bulan Maret dan April ini, sehingga harus tetap waspada di bulan April ini karena puncak kedua dari Kaltim ini masih akan terjadi," ujar perwakilan BMKG dalam keterangannya.

BMKG menjelaskan bahwa Kaltim memiliki pola musim hujan unik dengan dua kali puncak. Puncak pertama terjadi pada Desember-Januari, diikuti penurunan curah hujan di Februari meskipun tetap ada hujan.

Kemudian, curah hujan kembali meningkat di Maret dan April, sebelum kembali menurun di Mei-Juni dan memasuki musim kemarau pada Juli. Pola ini dipengaruhi oleh faktor ekstratorial yang menyebabkan dua kali puncak musim penghujan.

Untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem, BMKG telah berupaya maksimal dalam menyampaikan informasi dini kepada masyarakat. Upaya ini dilakukan melalui berbagai saluran, termasuk koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan komunitas kebencanaan melalui grup WhatsApp, serta melalui media sosial.

Masyarakat diimbau untuk terus memantau informasi cuaca terkini dari BMKG dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk meminimalisir risiko akibat cuaca ekstrem, terutama di puncak musim hujan yang diperkirakan masih akan berlangsung di bulan April ini. (Prb/ty)