Samarinda – Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Kalimantan Timur menggelar kegiatan Pelatihan Soft Skills bagi Tenaga Kesehatan di Lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan kesehatan serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan kolaboratif.
Pelatihan dilaksanakan pada 19 hingga 23 Mei 2025, dengan jumlah peserta sebanyak 40 orang. Peserta berasal dari berbagai instansi, di antaranya Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, RSUD Abdul Wahab Sjahranie, RSJD Atma Husada Mahakam, dan RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo.
Salah satu pemateri dalam kegiatan tersebut adalah Fahmy Asa, Pranata Komputer Ahli Muda dari Diskominfo Kaltim. Fahmy membawakan materi bertema Literasi Digital dan Etika di Media Sosial pada Rabu (21/5), bertempat di Gedung Kelas A BPSDM Provinsi Kalimantan Timur, Jalan H.A.M.M. Rifaddin No.88, Samarinda.
Fahmy menjelaskan bahwa indeks literasi digital Kalimantan Timur pada tahun 2022 berada di angka 3,62. Pilar digital ethics mencatat skor tertinggi sebesar 3,90, sementara pilar digital safety memiliki skor terendah yaitu 3,17. Sebagai perbandingan, indeks literasi digital nasional pada tahun yang sama adalah 3,54. Pilar digital culture mendapat skor 3,84, sedangkan digital safety tetap menjadi yang terendah dengan skor 3,12.
Fahmy juga menyoroti bahwa masyarakat saat ini telah terbiasa dengan berbagai layanan digital di luar sektor pemerintahan, seperti Gojek, Traveloka, dan media sosial lainnya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap empat pilar literasi digital versi Kominfo menjadi penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pilar digital skills berkaitan dengan kemampuan memahami perangkat keras dan lunak TIK, serta sistem operasi digital. Pilar digital culture mengajarkan pentingnya membangun wawasan kebangsaan saat berinteraksi di ruang digital. Pilar digital ethics menekankan pentingnya menyesuaikan diri, berpikir rasional, dan mengutamakan etika berinternet (netiket). Sementara itu, pilar digital safety menumbuhkan kesadaran akan pentingnya perlindungan dan keamanan data pribadi.
Fahmy juga mengingatkan bahwa kecanggihan teknologi digital memungkinkan berita menyebar sangat cepat. Namun, hal ini sering disalahgunakan oleh pihak tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan informasi yang tidak benar atau hoaks.
"Etika digital dalam layanan kesehatan sangat penting, salah satunya dengan menerapkan prinsip ‘saring sebelum sharing’. Jika menemukan hoaks, bantu klarifikasi atau sebarkan informasi resmi yang dapat meng-counter hoaks tersebut," ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya mencantumkan sumber referensi saat membuat media edukasi atau konten, serta menggunakan pilihan kata positif yang tidak mengandung unsur SARA.(hend/dfa)