Samarinda - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Balikpapan mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap dampak hujan dengan intensitas sedang yang diperkirakan terjadi selama 10 hari pertama di bulan Februari.
Hujan tersebut berpotensi disertai petir dan angin kencang, sehingga dapat menimbulkan berbagai risiko seperti banjir, jalan licin, sungai meluap, pohon tumbang, tanah longsor, dan potensi bahaya lainnya.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, BMKG Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto, menjelaskan bahwa bulan Januari hingga awal Februari merupakan puncak musim hujan pertama di Kaltim. Sementara itu, puncak musim hujan kedua diperkirakan terjadi pada akhir Maret hingga April.
Masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang belakangan ini telah menyebabkan banjir dan longsor di sejumlah daerah. Meski curah hujan cenderung menurun pada Februari, hujan lebat dalam durasi singkat serta hujan lokal berpotensi meningkat, disertai angin kencang.
“Secara umum, musim hujan tahun ini mengalami anomali dengan curah hujan yang lebih tinggi dari rata-rata normal dalam 30 tahun terakhir,”ungkapnya di Samarinda, Kamis (6/2/2024).
Peningkatan curah hujan ini disebabkan oleh pengaruh La Nina. Meskipun dalam kondisi lemah aliran uap air dari Samudra Pasifik ke wilayah Indonesia, termasuk Kaltim menyebabkan penambahan kelembapan udara yang berkontribusi pada peningkatan curah hujan.
Dari hasil analisis BMKG, beberapa wilayah yang mengalami curah hujan lebih tinggi antara lain Kabupaten Kutai Timur, Mahakam Ulu, Kutai Kartanegara bagian barat, dan Berau. Kondisi ini terutama terlihat sejak Desember hingga Januari lalu.
BMKG secara rutin mengeluarkan informasi terkait potensi cuaca ekstrem maupun kekeringan. Data prakiraan cuaca dikirim setiap hari ke instansi terkait, termasuk BPBD, dalam bentuk peringatan dini (early warning) untuk periode 10 harian, 3 harian, hingga harian jika diperlukan.
“Kami terus memberikan peringatan dini terkait cuaca ekstrem, termasuk curah hujan tinggi pada Januari dan awal Februari ini. Namun, dampak bencana seperti banjir di Samarinda tidak hanya dipengaruhi oleh hujan lokal, tetapi juga oleh kondisi pasang air sungai. Jika hujan lebat terjadi bersamaan dengan pasang, banjir bisa bertahan lebih lama,” ujar BMKG.
BMKG juga mengimbau masyarakat agar lebih memahami kondisi lingkungan sekitar, terutama di daerah yang rawan banjir dan longsor. Serta memiliki kesadaran untuk melakukan evakuasi mandiri.
“Masyarakat harus peka terhadap kondisi lingkungannya dan berperan aktif dalam menjaga lingkungan, seperti menanam pohon di sekitar rumah. Dengan begitu, risiko bencana dapat diminimalkan,” pungkasnya. (Prb/ty)