Samarinda - Jumlah sumber daya manusia (SDM) periset di Kalimantan Timur terus menjadi perhatian. Berdasarkan data terdapat sekitar 90 orang, namun setelah dihimpun dalam Perhimpunan Periset Indonesia (PPI) tercatat hanya 60 orang.
“Dua tahun lalu, kami mendata ada 90 peneliti. Setelah kami kumpulkan dalam PPI, jumlah yang aktif dan tergabung hanya sekitar 60 orang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perpindahan tempat kerja, pensiun, dan lain sebagainya,”ungkap Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Kaltim Fitriansyah saat jumpa pers, di Ruang WIEK Diskominfo Kaltim, Jum’at (20/12/2024).
Di tingkat provinsi, saat ini terdapat 14 periset yang aktif. Meski begitu, jumlah tersebut dinilai belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan riset di wilayah ini, terutama di bidang-bidang tertentu seperti antropologi, sosiologi, dan arkeologi.
"Kami masih membutuhkan tambahan sekitar 26 periset lagi untuk memenuhi kebutuhan riset di tingkat provinsi. Di kabupaten dan kota, kondisinya bahkan lebih kritis. Ada beberapa daerah yang sama sekali tidak memiliki periset di Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA)," lanjutnya.
Keterbatasan jumlah periset yang ahli di bidang-bidang tertentu, seperti arkeologi, antropologi, dan sosiologi, membuat pemerintah daerah mengupayakan kolaborasi.
Salah satu solusi yang ditempuh adalah bekerja sama dengan perguruan tinggi dan dosen-dosen di Kaltim. Bila tetap tidak terpenuhi, akan dilakukan upaya pencarian periset dari luar daerah melalui kerja sama dengan lembaga lain.
Kekurangan periset menjadi tantangan utama dalam pengembangan riset di Kalimantan Timur, sehingga kolaborasi dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar wilayah, menjadi kunci untuk mengatasi permasalahan ini. (Prb/ty)