Samarinda – Borneo bukan hanya hamparan hutan tropis dan sungai-sungai purba. Ia adalah rumah bagi bahasa, sastra, dan budaya yang menjembatani tiga negara. Tahun ini, Samarinda, Kalimantan Timur, kembali menjadi panggung utama bagi pertemuan akbar para sastrawan serumpun dalam forum Internasional Dialog Serantau Borneo-Kalimantan (DSBK) XVI 2025.
Dari Bandar Seri Begawan ke Samarinda, dari sejarah ke masa depan DSBK terus tumbuh sebagai ruang temu rasa, gagasan, dan karya. Forum yang telah berjalan sejak 1987 ini mengukuhkan Kalimantan bukan hanya sekadar pulau, melainkan tanah peradaban yang menyatukan Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Diketahui, Kaltim menjadi tuan rumah DSBK untuk kedua kalinya setelah 2011. Tahun ini, forum ini mengusung tema “Nusantara dan Penguatan Sastra Melayu: Merawat Estetika dan Didaktika”. Tema ini menggugah kembali peran sastra sebagai jembatan nilai dan identitas, dengan semangat estetika yang tetap berpijak pada akar didaktika khas Melayu.
Sambutan hangat pun diberikan Bumi Etam untuk para saudara serumpun tersebut. Suatu kebanggaan Kaltim terpilih kembali sebagai tempat digelarnya kegiatan ini, dan berkesempatan tidak hanya sebagai lokasi namun juga momen memperkenalkan kebudayaan juga kekayaan sastra yang dimiliki.
“Forum ini mengajak kita tidak hanya memandang sastra dari keindahannya saja melainkan juga dari nilai-nilai luhur yang dikandungnya, nilai pendidikan, kebijaksanaan dan jati diri yang membentuk karakter bangsa. Sastra Melayu adalah warisan, dan tugas kita merawatnya agar tetap hidup, relevan, dan menyinari generasi ke generasi,” ujar Wakil Gubernur Kaltim, H. Seno Aji saat membuka acara secara resmi, Selasa (17/06/2025) malam di Hotel Harris Samarinda.
Sebanyak kurang lebih 200 peserta yang terdiri dari sastrawan, akademisi, jurnalis, hingga pegiat budaya dari tiga negara harir dalam momen hangat ini. Adapun, narasumber yang dihadirkan berasal dari berbagai wilayah, mulai dari Kuala Lumpur, Sarawak, Sabah, hingga Kalimantan Timur sebagai tuan rumah.
Para peserta mewakili berbagai lembaga ternama seperti GAPENA (Malaysia), ASTERAWANI (Brunei), hingga PEKASA dan BAHASA dari Sabah dan Sarawak. Sementara delegasi Indonesia datang dari Kalimantan hingga luar pulau seperti Yogyakarta, Lampung, dan Sumatera. (sef/pt)
Foto : Adding